Pelatih AS Roma, Gian Piero Gasperini, sekali lagi membuktikan bahwa ia tidak pernah ragu untuk menyerang balik. Dalam sebuah wawancara panjang, pelatih kawakan Italia itu menanggapi rumor dan tuduhan doping yang kerap diarahkan ke mantan klubnya, Atalanta, selama periode keemasan mereka di bawah asuhannya.

Dengan gayanya yang khas, Gasperini menepis semua spekulasi liar tersebut, menyebut tuduhan itu sebagai "penghinaan terhadap klub, para pemain, dan diri saya sendiri."

Baca juga: Juventus Ditahan Imbang 1-1 Lawan 10 Pemain Atalanta

Tuduhan tak berdasar, yang sebagian besar beredar di media sosial alih-alih dari otoritas resmi, muncul sebagai respons terhadap tingkat kebugaran yang luar biasa, daya tahan stamina, dan kemampuan pemulihan cepat yang ditampilkan para pemain La Dea selama sembilan musim dominasi mereka di Serie A.

"Apakah Anda bercanda?" tegas Gasperini saat ditanya mengenai isu doping dalam wawancaranya dengan Corriere dello Sport. 

"Siapa pun yang bahkan memikirkan hal seperti itu telah menghina sebuah klub, diri saya sendiri, staf saya, dan sekelompok pemain, kerja keras, dan komitmen mereka."

Siasat Licik dan Kebohongan

Bagi Gasperini, tuduhan doping adalah bentuk "fitnah dan fantasi terburuk" yang digunakan oleh pihak-pihak yang tidak mampu menjelaskan kebangkitan tim dari Bergamo tersebut. 

Ia menegaskan bahwa kesuksesan Atalanta murni berasal dari metode latihan yang intensif dan revolusioner.

"Ketika orang tidak dapat menemukan jawaban nyata [atas kesuksesan kami], mereka lari ke fitnah dan fantasi terburuk," lanjut pelatih berusia 67 tahun itu. "Kami selalu bersih."

Baca juga: Europa League: Bekuk Nice 2-1, Roma Amankan Tiga Angka

Gasperini, yang dikenal sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi integritas olahraga, mengaitkan tuduhan doping ini dengan aspek-aspek kecurangan lain yang ia benci dalam sepak bola—termasuk diving dan akting berlebihan.

"Saya percaya pada penghormatan terhadap aturan olahraga," ujarnya. "Saya selalu berjuang melawan doping. Di lapangan, saya benci melihat pemain diving. Saya membenci segala bentuk tipuan atau permainan kotor.”

“Semua itu adalah serangan terhadap olahraga yang paling saya cintai. Itulah mengapa saya sering marah. Ada perbedaan antara keterampilan teknis dan penipuan atau simulasi."

Keberhasilan Roma dan Tentang VAR

Saat ini, Gasperini tengah menikmati awal yang cemerlang bersama AS Roma setelah mengambil alih kursi kepelatihan pada musim panas. Giallorossi tampil dominan, bahkan saat ini memiliki 15 poin yang sama dengan pemuncak klasemen Serie A, Napoli, sebuah pembuktian lanjutan dari efektivitas metodenya.

Namun, selain isu doping, Gasperini—yang memang tidak pernah kehabisan amunisi untuk mengkritik—juga menyentil salah satu fitur modern dalam permainan yang paling ia benci: VAR (Video Assistant Referee).

Baca juga: Pellegrini Jadi Pahlawan, Roma Taklukkan Lazio 1-0 di Derby Della Capitale

"Mencoba menggiring bola di kotak penalti untuk mendapatkan penalti adalah bagian dari keahlian, tetapi saya tidak tahan dengan VAR; itu menjauhkan saya dari sepak bola sebagaimana yang selalu saya pahami," keluhnya, menunjukkan bahwa baginya, teknologi tersebut merusak aliran dan esensi murni dari permainan.

Kritik pedas Gasperini ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pelatih yang mementingkan hasil, tetapi juga penjaga teguh integritas permainan. Ia telah berhasil membungkam para peragu dengan hasil di lapangan, tetapi ia menolak untuk membiarkan fitnah merusak warisan kerja kerasnya di Bergamo.

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!