Spalletti Ungkap Alasan Terima Pinangan Juventus dan Targetkan Raih Scudetto
 
                Luciano Spalletti, arsitek di balik gelar bersejarah Napoli, resmi mengambil alih kursi panas kepelatihan Juventus, menggantikan Igor Tudor yang dipecat. Dalam konferensi pers perdananya di Turin, pelatih veteran itu menjelaskan alasan di balik kesepakatan kontraknya jangka pendeknya yang hanya delapan bulan, sekaligus secara mengejutkan menyatakan ambisinya: membawa Bianconeri kembali ke perebutan gelar Scudetto.
Spalletti, yang dikenal dengan gaya bermain menyerang yang intens, menandatangani perjanjian yang hanya berlaku hingga akhir musim, dengan klausul perpanjangan otomatis jika ia berhasil mengamankan tiket Liga Champions.
Kontrak Jangka Pendek, Visi Jangka Panjang
Mantan pelatih Timnas Italia tersebut mengakui bahwa durasi kontrak yang singkat itu adalah bukti keyakinannya yang besar terhadap potensi skuad yang ia warisi.
"Jika saya tidak percaya pada potensi tim ini, meskipun mereka baru saja melalui masa-masa sulit, mengapa saya menerima kontrak delapan bulan?" tanya Spalletti secara retorik. "Saya pikir saya bisa melakukan pekerjaan yang baik dengan mereka. Ini semua tentang kemauan dan disiplin untuk mencapai hasil penting."
“Saya melihat peluang untuk memperbaiki beberapa hal. Saya tidak tahu levelnya, tetapi jelas tujuannya tinggi untuk klub seperti Juventus, yang ingin lolos ke Liga Champions. Kami perlu bermain bagus dan mengejar ketertinggalan karena tim lain berlari cepat.”
Baca juga: Juventus Tunjuk Luciano Spalletti Jadi Pelatih Baru usai Depak Igor Tudor
Kontrak jangka pendek ini secara implisit menempatkan tekanan instan pada Spalletti, namun sang manajer memilih melihatnya sebagai sebuah tantangan. Ini adalah komitmen jangka pendek untuk tujuan jangka panjang, yaitu mengembalikan klub ke level elite Eropa.
Target Tinggi Raih Scudetto
Pemecatan Igor Tudor, yang baru menjabat sebagai pelatih penuh waktu sejak Maret 2025, menjadi pengingat pahit akan standar tinggi di Turin.
Keputusan itu diambil setelah kekalahan 0-1 dari Lazio pada akhir pekan lalu, yang memperpanjang rekor memalukan Juventus menjadi delapan pertandingan tanpa kemenangan di semua ajang. Rentetan hasil buruk tersebut, meski menang 3-1 atas Udinese pada laga terakhir di bawah pelatih interim Massimo Brambilla, membuat Si Nyonya Tua terperosok ke peringkat ketujuh klasemen sementara Serie A, terpaut enam poin dari puncak.
Baca juga: Lalui Masa-Masa Suram, Vlahovic Minta Juventus untuk Ngaca
Meskipun begitu, Spalletti menolak untuk hanya memasang target minimal. Ia terang-terangan menaikkan standar, menargetkan persaingan gelar liga.
"Kami berharap bisa kembali ke persaingan Scudetto. Mengapa tidak?" tegas Spalletti. "Kami telah mendiskusikan hal ini dengan para pemain: kami harus mengincar posisi puncak, dan dalam hal ini, posisi puncak adalah perebutan gelar juara.”
“Sembilan pertandingan telah dimainkan, masih 29 pertandingan lagi. Banyak pertandingan. Saya telah melihat banyak hal dalam karier saya selama lebih dari 30 tahun. Saya tidak mengerti mengapa saya harus puas. Saya sangat menghormati kualitas para pemain ini.”
Pernyataan ini disambut baik oleh para petinggi klub, termasuk General Manager Damien Comolli, yang menjelaskan bahwa pilihan jatuh kepada Spalletti karena keahlian taktiknya dan rekam jejaknya yang sukses, termasuk membawa Napoli meraih gelar pertama mereka dalam 33 tahun.
Pertaruhan Emosional di Turin
Penunjukan Spalletti tidak hanya menjadi sorotan taktis, tetapi juga emosional. Ia datang ke klub rival bebuyutan setelah sukses besar di Naples.
Spalletti, yang bahkan memiliki tato perayaan Scudetto Napoli di lengannya, kini harus memimpin La Vecchia Signora melawan tim yang pernah ia banggakan.
Baca juga: Buffon Beri Restu untuk Spalletti Jadi Pelatih Baru Juventus
Namun, Spalletti memilih untuk fokus pada tugas di depan, menekankan bahwa motivasi utamanya adalah mengembalikan kejayaan Juventus.
Dengan 29 pertandingan Serie A tersisa, Spalletti kini berpacu dengan waktu dan ekspektasi besar.
Tantangannya dimulai akhir pekan ini saat Juventus bertandang ke markas Cremonese. Hanya delapan bulan yang akan menentukan apakah taruhan berani ini akan mengubah jalan nasib Bianconeri di Serie A.
 
                 
                                 
                                 
                                 
                                