Fabio Cannavaro Ungkap Nyaris Gantikan Spalletti di Timnas Italia
Legenda hidup sepak bola Italia, Fabio Cannavaro, akhirnya buka suara mengenai drama di balik layar yang hampir membawanya menduduki kursi kepelatihan Gli Azzurri.
Pemenang Ballon d'Or 2006 tersebut mengungkapkan betapa dekatnya ia untuk menjadi suksesor Luciano Spalletti sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima tantangan bersejarah bersama Uzbekistan.
Cannavaro, yang kini tengah mempersiapkan skuad Uzbekistan untuk debut mereka di Piala Dunia 2026, mengakui bahwa sempat ada pembicaraan serius dengan Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Namun, impian untuk melatih tim nasional negaranya sendiri harus kandas karena citranya sebagai ikon sepak bola Italia.
Peluang Latih Timnas Italia
Setelah Luciano Spalletti dibebastugaskan dari jabatannya menyusul rentetan hasil buruk di kualifikasi, nama Cannavaro langsung mencuat sebagai kandidat terkuat.
Cannavaro termasuk di antara nama-nama yang dikaitkan dengan posisi pelatih. Pada akhirnya, posisi tersebut diberikan kepada mantan rekan setimnya di tim nasional, Gennaro Gattuso, yang akan memimpin Azzurri ke babak play-off Piala Dunia pada bulan Maret.
Baca juga: Gennaro Gattuso Resmi Ditunjuk Pelatih Timnas Italia
Mantan bek Napoli dan Real Madrid ini mengungkapkan bahwa ia bahkan sudah sempat menjalin komunikasi intens dengan Gianluigi Buffon, yang kini menjabat sebagai koordinator tim nasional Italia.
“Sejujurnya, saya sudah berbicara dengan Buffon, tetapi saya sebenarnya tidak masuk dalam pertimbangan,” kata Cannavaro.
“Saya memiliki masa lalu yang hebat sebagai pemain sepak bola, tetapi mungkin mereka lebih melihat saya sebagai ikon daripada yang lain. Saya tidak akan menyerah pada dunia kepelatihan, saya akan terus melanjutkannya. Saya setuju dengan pilihan Gattuso, dia adalah seseorang yang banyak belajar.”
Hampir Berlabuh ke Polandia
Selain drama dengan timnas Italia, Cannavaro juga membocorkan sebuah fakta mengejutkan mengenai perjalanan kariernya sebelum mendarat di Tashkent. Ternyata, Uzbekistan bukanlah satu-satunya negara yang sangat menginginkan jasanya.
Pria berusia 52 tahun ini mengungkapkan bahwa ia juga memiliki peluang untuk menjadi pelatih kepala Polandia. Namun ia menolak tawaran tersebut.
“Ya, saya sudah selangkah lagi dan kemudian berkata tidak. Saya tidak ingin melakukannya, dan itu adalah kesalahan, kesalahan terbesar sejak saya kembali dari Tiongkok,” jelasnya.
“Mungkin saya menolak karena saya menunggu Italia. Itu ide saya, tetapi tidak ada hasilnya dan kemudian saya bosan menunggu.”
Fokus Total pada Uzbekistan
Kini, Cannavaro mengaku sangat bahagia dengan keputusannya. Meskipun sempat merasa "putus asa" setelah periode singkat di Udinese dan Dinamo Zagreb, memimpin Uzbekistan di panggung dunia dianggapnya sebagai penghargaan yang tak ternilai harganya. Ia melihat mentalitas pemain Uzbekistan yang tangguh sebagai aset terbesar.
Baca juga: Uzbekistan Tunjuk Cannavaro Sebagai Pelatih Baru Saat Debut di Piala Dunia 2026
“Mereka semua kagum saat pertama kali bertemu saya. Saya memahami mereka dan membuat mereka merasa nyaman untuk mencairkan suasana. Saya tahu mengapa mereka lolos kualifikasi. Mereka adalah tim nasional yang tangguh dan orang-orang Uzbekistan adalah orang-orang yang gigih,” ungkapnya.
“Saya tidak punya banyak waktu dan harus menemukan solusi dengan cepat. Saya telah menonton banyak pertandingan, saya telah berkeliling negara. Sekarang liga telah berakhir dan kami akan mengikuti kejuaraan lain di mana pemain Uzbekistan terlibat. Saya menelepon mereka setiap minggu, terutama Shomurodov yang berbicara bahasa Italia dengan cukup baik. Dia sekarang berada di Turki bersama Basaksehir.”
Bagi publik Italia, pengakuan Cannavaro ini meninggalkan tanda tanya besar: apakah FIGC telah melakukan kesalahan dengan melewatkan salah satu kapten terbaik mereka untuk memimpin transisi baru Azzurri?