Menjelang laga krusial Liga Champions melawan FC Copenhagen, Manajer Tottenham Hotspur, Thomas Frank, mengeluarkan seruan lantang untuk persatuan. Frank meminta dukungan yang lebih vokal dan positif dari para pendukung yang memadati Tottenham Hotspur Stadium, terutama saat tim sedang berada di bawah tekanan.

Seruan ini muncul setelah kekalahan 0-1 yang mengecewakan di kandang melawan Chelsea pada Sabtu lalu, sebuah pertandingan yang diwarnai oleh cemoohan dari sebagian suporter dan, yang lebih mengejutkan, sikap acuh dua pemain kunci terhadap sang pelatih di peluit panjang.

Drama Dibalik Peluit Akhir

Frank mengungkapkan bahwa ia telah menerima permintaan maaf dari bek Micky van de Ven dan Djed Spence atas reaksi mereka setelah kekalahan dari Chelsea. 

Baca juga: Frank Tak Permasalahkan Insiden dengan Spence dan Van de Ven

Dalam sebuah momen yang terekam kamera dan menjadi viral, kedua pemain tersebut terlihat langsung berjalan ke terowongan, mengabaikan Frank yang berusaha meminta mereka untuk memberikan penghormatan kepada suporter di tribun.

"Mereka datang ke kantor saya kemarin [Minggu], tanpa disuruh, dan mengatakan mereka ingin meminta maaf atas situasi itu," ungkap Frank dalam konferensi pers pra-pertandingan melawan Copenhagen.

"Mereka tidak ingin terlihat buruk atau tidak sopan seperti persepsi yang mungkin muncul di dunia media yang indah ini. Itu sama sekali bukan niat mereka terhadap saya, tim, atau klub. Mereka hanya frustrasi dengan kinerja tim, kekalahan, dan cemoohan selama pertandingan berlangsung," tegas Frank, dengan sigap meredakan potensi perpecahan di ruang ganti.

Seruan untuk Persatuan

Sikap kedua pemain tersebut, yang juga diliputi rasa frustrasi, menjadi simbol dari ketegangan yang meningkat antara tim dan basis suporter yang kecewa dengan performa kandang Spurs musim ini.

Frank menyadari dan menerima kritik setelah peluit akhir, namun ia menekankan bahwa dukungan selama 90 menit penuh adalah faktor pembeda dalam kompetisi sekelas Liga Champions.

"Saya rasa fans luar biasa di 30 menit pertama [melawan Chelsea], dan setelah pertandingan, jika kami tampil buruk dan kalah, wajar saja mereka mencemooh kami," jelas Frank.

"Namun, selama pertandingan, kami butuh sedikit bantuan. Terutama ketika keadaan tidak berjalan sesuai keinginan. Mereka [fans] bisa menjadi titik balik. Kami tertinggal 1-0 di 15 menit terakhir; bayangkan jika mereka bisa mendorong kami untuk mencetak gol balasan. Poin itu bisa menjadi pembeda di akhir musim yang panjang," pintanya.

Baca juga: Pedro Akhiri Paceklik Gol, Chelsea Bungkam Tottenham 1-0

Fokus Beralih ke Kopenhagen

Meskipun performa kandang di liga mengecewakan, posisi Tottenham di klasemen Premier League (keenam dengan 17 poin) dan rekor tak terkalahkan mereka di tiga pertandingan awal Liga Champions (termasuk kemenangan 1-0 di kandang atas Villarreal), Frank menyebut timnya memiliki fondasi yang cukup.

Menghadapi FC Copenhagen, juara Denmark yang merupakan mantan rivalnya saat melatih Brøndby, adalah ujian mental yang harus dilewati Spurs. Kemenangan malam ini akan menempatkan mereka dalam posisi yang sangat kuat untuk melaju ke fase gugur untuk pertama kalinya dalam enam tahun terakhir.

Tantangannya jelas, Tottenham harus menggabungkan performa solid mereka di Eropa dengan atmosfer kandang yang menyala untuk membuktikan bahwa kekalahan dari Chelsea hanyalah sebuah anomali, bukan kembalinya masa-masa sulit musim lalu.

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!