Sagna Sarankan Liverpool Atasi Duka Kehilangan Diogo Jota

Dunia sepak bola berduka atas kepergian tragis penyerang Liverpool, Diogo Jota, yang meninggal dunia bersama saudaranya, Andre Silva, dalam kecelakaan mobil pada 3 Juli lalu. Menjelang musim baru yang akan datang, skuad The Reds harus menghadapi tantangan emosional yang berat.
Dalam situasi duka ini, mantan bek Arsenal, Bacary Sagna, memberikan saran yang menyentuh hati, berdasarkan pengalaman pribadinya dalam mengatasi kehilangan. Sagna menekankan pentingnya komunikasi dan dukungan psikologis bagi para pemain Liverpool untuk memproses kesedihan mendalam yang mereka alami.
Duka Mendalam di Anfield
Kepergian Diogo Jota, salah satu pilar penting di lini serang Liverpool, telah meninggalkan lubang besar di hati para rekan setim, staf pelatih, dan jutaan penggemar di seluruh dunia. Insiden tragis yang merenggut nyawa Jota dan saudaranya, Andre Silva, pada awal Juli lalu, menjadi kabar yang sangat mengejutkan dan menyedihkan.
Saat tim bersiap untuk menghadapi musim baru, bayang-bayang duka atas kehilangan Jota tentu akan menjadi beban emosional yang tidak ringan. Jota bukan hanya seorang pemain, tetapi juga bagian dari keluarga besar Liverpool, dan kepergiannya yang mendadak pasti akan memengaruhi mentalitas tim.
"Mereka perlu memprosesnya," kata Sagna kepada CNN. "Mereka perlu terbuka tentang hal itu. Kesalahan yang saya buat adalah mencoba menghindari membicarakannya. Saya mulai kesal. Tapi itu adalah sebuah kesalahan.”
"Anda harus melepaskan sesuatu sebelum Anda bisa tampil di sepak bola.”
"Kita tidak boleh lupa. Kita harus selalu mengingat siapa pemainnya. Keluarga akan selalu mengenangnya. Tim mungkin bisa mencoba menggunakan pengalaman ini untuk menjadi lebih kuat dan menggunakannya di setiap pertandingan."
Sagna Bicara Soal Pengalaman Pribadinya
Dalam suasana berkabung ini, Bacary Sagna, yang pernah merasakan pahitnya kehilangan seorang anggota keluarga saat masih aktif bermain, memberikan perspektif yang berharga.
Sagna mengungkapkan bagaimana kehilangan saudaranya pada tahun 2008 berdampak besar pada kariernya di Arsenal.
“Saya kehilangan saudara laki-laki saya ketika bergabung dengan Arsenal pada tahun 2008. Otak saya tidak ada di sini. Itu adalah musim kedua saya,” lanjut Sagna.
Baca juga: Slot Beri Penghormatan Khusus untuk Jota Jelang Pramusim Liverpool
“Jadi, beberapa pemain Liverpool mungkin memiliki pola pikir yang sama, mereka mungkin tidak fokus pada sepak bola karena mereka akan terus-menerus memikirkannya.”
“Di ruang ganti, satu tempat kosong. Saat makan siang, satu tempat kosong. Di bus tim, satu tempat kosong. Jadi saya menyarankan mereka untuk berbicara, pertama-tama, [yang merupakan sesuatu] yang tidak saya lakukan. Itu berdampak pada saya, jadi saya tahu bagaimana rasanya.”
Pentingnya Berbicara dan Dukungan Profesional
Berangkat dari pengalamannya, Sagna menyarankan agar para pemain Liverpool tidak memendam duka mereka. Ia menekankan pentingnya untuk berbicara secara terbuka tentang perasaan mereka dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Saat dihubungi oleh ahli fisiologi olahraga Arsenal saat itu, Sagna mengungkapkan kesedihannya dan untuk pertama kalinya merasa lega.
“Dia menjelaskan kepada saya, bagaimana saya bisa mengingat masa lalu dan mengubahnya menjadi hal yang positif, jadi saya percaya para pemain di Liverpool mungkin harus mencoba melakukan hal yang sama,” jelas pria yang kini berusia 42 tahun.
“Lucunya, saya dulu menentang psikolog. Kenapa saya harus terbuka kepada orang asing yang baru saja belajar dan belajar dari buku?”
"Tapi saya jamin Anda merasakan cinta karena itu memberi Anda cinta. Mereka pengertian. Mereka memahami Anda.”
"Kami mengobrol tentang kehidupan, kami mengobrol tentang banyak hal, dan yang terpenting, saya merasa lega. Saya merasa ringan setelah ini, dan saya berpikir, 'Kenapa saya tidak terbuka lebih awal?' Saya tidak punya keberanian, saya tidak mengukur pentingnya berbicara."
Saran Sagna ini menyoroti pentingnya kesehatan mental dalam olahraga profesional. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif dan penuh tekanan, kemampuan untuk mengatasi trauma dan kesedihan adalah krusial bagi kesejahteraan individu dan performa tim.