Glasner Tegaskan Palace Harus Tetap Rendah Hati Setelah Dikalahkan Tim Siprus
Malam yang seharusnya menjadi perayaan bersejarah berubah menjadi pelajaran yang menyakitkan bagi Crystal Palace. Dalam pertandingan kandang Eropa pertama mereka dalam 101 tahun sejarah klub, pemenang Piala FA itu secara mengejutkan takluk 0-1 dari tim asal Siprus, AEK Larnaca, di ajang Conference League pada Kamis malam waktu setempat.
Manajer Crystal Palace, Oliver Glasner, dengan tegas menyatakan bahwa kekalahan yang memalukan di Selhurst Park itu harus menjadi pengingat yang menyengat bagi para pemainnya dan seluruh klub untuk tetap rendah hati.
Satu-satunya gol pada malam itu dicetak oleh Riad Bajic pada menit ke-51. Gol tersebut lahir dari satu-satunya kesalahan fatal di lini belakang Palace, yang menghukum keras dominasi penguasaan bola tim London tersebut yang tidak mampu dikonversi menjadi gol.
Kekurangan Kualitas Klinis
Palace datang ke pertandingan ini dengan mood yang tinggi, duduk di posisi kedelapan Premier League dan baru saja mencatatkan comeback yang mendebarkan di laga sebelumnya.
Namun, di bawah lampu sorot Eropa, mereka mengulangi masalah kronis yang Glasner soroti: ketidakmampuan memanfaatkan peluang.
Baca juga: Crystal Palace Siap Pertahankan Oliver Glasner
Meskipun mendominasi dengan 66% penguasaan bola dan melepaskan 12 tembakan dari dalam kotak penalti, Palace hanya mencatatkan satu tembakan tepat sasaran. Penyerang andalan, Jean-Philippe Mateta, menjadi simbol rasa frustrasi dengan menyia-nyiakan beberapa peluang emas dari jarak dekat.
"Kami tidak mencetak gol dari peluang-peluang yang kami miliki," kata Glasner kepada wartawan pasca-pertandingan. "Kami membuat satu kesalahan, dan mereka menghukum kami. Itulah ringkasannya."
Pelatih asal Austria itu tidak menyembunyikan kekesalannya atas penampilan yang ia sebut sebagai "sedikit déjà vu."
"Kami melawan blok yang sangat dalam dan tidak mudah menciptakan 10 peluang bersih. Namun pada akhirnya kami memiliki 13 atau 14 penyelesaian di dalam kotak penalti dan kami tidak cukup klinis untuk memimpin, atau mencetak cukup banyak gol,” jelasnya.
"Mereka memiliki total empat tembakan dan kami membuat satu kesalahan. Jadi, selamat untuk Larnaca. Mereka sangat efisien.”
"Bagi kami, ada sedikit deja vu. Kami pernah mengalami pertandingan di mana kami menciptakan banyak peluang, tetapi tidak cukup mencetak gol dan kemudian dihukum. Itulah yang harus kami pelajari dan yang harus kami tingkatkan."
Baca juga: Guehi Sudah Move On usai Gagal Pindah ke Liverpool dari Crystal Palace
Reaksi Dibutuhkan Sebelum Menghadapi Arsenal
Kekalahan ini mengakhiri rekor tak terkalahkan Palace di kandang sejak Februari. Lebih parah lagi, kekalahan ini terjadi menjelang kunjungan menakutkan ke Emirates Stadium untuk menghadapi pemuncak klasemen Premier League, Arsenal, pada hari Minggu.
Bagi Glasner, pertandingan ini bukan hanya tentang tiga poin yang hilang; ini adalah ujian mentalitas. Kekalahan ini adalah pengingat bahwa bahkan tim terbaik pun rentan terhadap kepuasan diri dan kelalaian.
"Kami selalu mempersiapkan diri menghadapi lawan," tambahnya. "Dan mereka selalu bermain dengan cara yang berbeda [dari lawan Premier League]. Tahun ini, inilah yang harus kami pelajari. Ini tentang tetap rendah hati. Ya, kami akan belajar darinya.”
"Para pemain akan belajar darinya, saya tahu tim ini, saya tahu para pemain ini. Ini mengecewakan. Ini malam yang membuat frustrasi. Tapi di sisi lain, mungkin seluruh lingkungan membutuhkannya untuk tetap rendah hati."
Sederhananya, Palace telah mendapatkan pelajaran yang paling mahal dari kompetisi Eropa, yang menunjukkan bahwa nama besar liga tidak menjamin kemenangan melawan lawan yang efisien dan disiplin. Kini, tugas utama Glasner adalah memastikan filosofi yang baru saja ia peringatkan tidak hanya tertanam di Conference League, tetapi juga saat menghadapi ancaman The Gunners akhir pekan ini.