Mantan pelatih Timnas Inggris, Fabio Capello, melontarkan kritik pedas terhadap Pep Guardiola, menyebut manajer Manchester City itu sebagai sosok yang arogan dan menyalahkannya atas "kerusakan" yang terjadi dalam sepak bola modern.

Capello, yang pernah melatih Guardiola saat masih bermain di AS Roma awal 2000-an, mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap eks pelatih Barcelona itu dalam sebuah wawancara dengan El Mundo

Meski mengakui kehebatan Guardiola, Capello tetap merasa ada sesuatu yang tidak ia sukai dari gaya kepelatihan pria asal Spanyol itu.

Guardiola Dihormati, Tapi Tetap Dikritik

Dalam wawancaranya, Capello awalnya memuji Guardiola sebagai sosok revolusioner dalam sepak bola.

"Saya tidak punya masalah pribadi dengan Guardiola. Saya sangat menghargainya sebagai pelatih, dia telah melakukan hal-hal luar biasa," ujarnya. "Saya telah melihat tiga revolusi dalam sepak bola: Ajax-nya [Johan] Cruyff, Milan-nya [Arrigo] Sacchi, dan Barca-nya Guardiola. Saya tidak menyangkal itu."

Namun, setelah memberikan pujian, nada Capello langsung berubah. Ia mengungkapkan satu hal yang benar-benar tidak ia suka dari Guardiola.

"Tapi tahu apa yang tidak saya suka dari Guardiola? Kesombongannya."

Guardiola dan "Eksperimen Aneh" di Liga Champions

Menurut Capello, Guardiola sering terlalu banyak bereksperimen di pertandingan penting, terutama di Liga Champions.

"Satu-satunya Liga Champions yang ia menangkan bersama City adalah ketika ia tidak mencoba hal-hal aneh di pertandingan krusial. Tapi di tahun-tahun lainnya, baik di Manchester maupun di Munchen, ia selalu ingin jadi pusat perhatian di laga-laga penting," tegas Capello.

"Dia mengubah strategi, melakukan eksperimen, dan seolah-olah ingin membuktikan bahwa bukan para pemain yang memenangkan pertandingan, tetapi dirinya sendiri. Dan karena kesombongan itu, dia sudah kehilangan beberapa gelar Liga Champions. Saya tetap menghormatinya, tapi saya melihat ini dengan sangat jelas."

"Guardiola Merusak Sepak Bola"

Capello juga menuduh Guardiola telah memberikan dampak negatif yang besar terhadap perkembangan sepak bola modern, terutama di Italia.

"Semua orang sudah 10 tahun mencoba meniru dia. Itu merusak sepak bola Italia, yang akhirnya kehilangan identitasnya sendiri. Saya pernah berkata: 'Berhenti mencoba ini, kalian tidak punya pemain seperti Guardiola!'" katanya.

Capello mengkritik filosofi sepak bola berbasis umpan pendek yang diperkenalkan Guardiola.

"Ada pemahaman keliru bahwa bermain bagus hanya berarti oper-operan pendek. Sentuh, sentuh, sentuh... dan sekarang, di Italia, kiper juga harus bermain bola! Ini bencana sekaligus kebosanan yang membuat banyak orang berhenti menonton sepak bola secara langsung dan hanya melihat highlight saja. Kenapa harus menonton 90 menit operan horizontal tanpa duel dan tanpa kecepatan?"

Namun, Capello bersyukur tren ini mulai berubah, terutama setelah Spanyol memenangkan Euro 2024 dengan gaya bermain yang lebih langsung dan agresif.

Guardiola Tetap Jadi Manajer Terbaik?

Meski musim 2024/25 menjadi tantangan besar bagi Guardiola dan Manchester City, banyak yang masih menganggapnya sebagai manajer terbaik di dunia. Namun, bagi Capello, kejayaan Guardiola lebih banyak ditentukan oleh kualitas pemain yang dimilikinya dibandingkan dengan inovasi taktiknya sendiri.

Kritik ini tentu menjadi perdebatan di kalangan penggemar sepak bola. Apakah Guardiola benar-benar merusak permainan, atau justru membawa evolusi yang membuat sepak bola semakin menarik?

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official YukSports DISINI!

Selain itu, kalo kamu lagi cari tiket untuk pertandingan bola, konser, atau yang lainnya, kamu bisa beli di Yuk Tiket supaya transaksi kamu jadi lebih mudah!