Tuchel Realistis, Inggris Bukan Unggulan di Piala Dunia 2026

Manajer Tim Nasional Inggris, Thomas Tuchel, telah melancarkan perang psikologis yang cerdik jauh sebelum peluit Piala Dunia 2026 ditiup.
Pelatih asal Jerman itu menegaskan bahwa The Three Lions akan tiba di Amerika Utara sebagai "tim kuda hitam", dan memperingatkan bahwa timnya tidak boleh terbebani oleh label favorit yang selalu menyesatkan media.
Penilaian sober Tuchel ini bertujuan untuk meredakan ekspektasi yang selalu melambung di Inggris, sebuah negara yang belum memenangkan trofi besar pria sejak Piala Dunia 1966—sebuah penantian panjang yang akan mencapai 59 tahun saat turnamen tahun depan digelar.
Melepaskan Beban Sejarah
Meskipun Inggris berstatus runner-up di dua Kejuaraan Eropa terakhir (Euro 2020 dan Euro 2024) dan memiliki salah satu skuad termahal serta paling bertabur bintang di dunia, Tuchel menolak mengizinkan para pemainnya merasakan tekanan yang telah menghancurkan 'Generasi Emas' Inggris sebelumnya.
"Kami akan datang sebagai kuda hitam di Piala Dunia karena kami belum memenangkannya selama berpuluh-puluh tahun," tegas Tuchel.
Baca juga: Tuchel Bela Keputusan Tak Panggil Foden dan Bellingham ke Timnas Inggris
"Kami akan bermain melawan tim-tim yang telah berulang kali memenangkannya selama waktu itu. Jadi, kami harus tiba sebagai sebuah tim, jika tidak, kami tidak punya peluang."
Tuchel menyamakan situasi tersebut dengan olahraga tenis, memberikan analogi yang jenaka namun tajam: "Jika Anda belum pernah memenangkan Wimbledon, Anda mungkin salah satu penantang, tetapi Anda bukanlah unggulan utama. Memang begitu adanya."
Ia kemudian menyebut nama-nama raksasa yang masih berstatus superior secara historis: "Ada Brasil, ada Argentina, Spanyol, Prancis, dan mereka baru saja melakukannya baru-baru ini."
"Bukan berarti kami tidak punya peluang. Pertama, kami akan lolos, baru kemudian kami akan tahu persis alasan kami ke sana. Kami ingin melaju jauh, tetapi perannya harus jelas.”
Kohesi Jadi Kunci
Pernyataan Tuchel ini bukan hanya tentang memanipulasi media, tetapi juga tentang pembangunan budaya. Sejak mengambil alih kendali di FA, Tuchel telah menekankan bahwa kohesi tim jauh lebih penting daripada koleksi individu bertalenta.
Hal ini tercermin dari keputusan kontroversialnya belakangan ini, seperti mengistirahatkan pemain seperti Jude Bellingham dan Phil Foden, untuk menjaga chemistry skuad yang telah mencapai hasil positif dalam kamp terakhir.
Baca juga: Gerrard: Generasi Emas Inggris Adalah "Pecundang Egois"
“Saya tidak melihat mengapa kita harus membebani diri sendiri bahwa kita adalah unggulan besar. Kapan terakhir kali kita memenangkannya? Mari kita melangkah selangkah demi selangkah," desaknya.
Filosofi ini berakar pada pelajaran masa lalu. Tuchel menyinggung kegagalan 'Generasi Emas' Inggris, yang menurutnya terhambat oleh rivalitas klub dan ego. "Ketika saya mendengar orang berbicara tentang gelar atau peluang yang terlewatkan, saya selalu mendengar lagu yang sama: 'Kami adalah tim' atau 'Kami bukan tim.'"
Bagi Thomas Tuchel, kunci untuk melampaui babak perempat final, semifinal, dan bahkan kekalahan final berturut-turut yang telah dialami Inggris dalam delapan tahun terakhir adalah dengan membangun sebuah kolektif. Tim yang satu, bukan sekumpulan bintang yang kebetulan mengenakan seragam yang sama.
Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!