Hujan Deras di Spa, Hamilton & Verstappen Kritik Penundaan GP Belgia

Grand Prix Belgia 2025 yang diguyur hujan pada Minggu (27/7), menyisakan lebih dari sekadar drama di lintasan. Keputusan Race Control untuk menunda balapan selama hampir 80 menit sebelum akhirnya memulai di bawah Safety Car memicu perdebatan sengit di antara para pembalap.
Dua juara dunia, Lewis Hamilton dan Max Verstappen, menyuarakan keraguan mereka atas penanganan situasi tersebut, sementara pembalap lain justru memuji otoritas Formula 1 karena memprioritaskan keselamatan.
Kritik dari Para Juara
Max Verstappen, yang finis di posisi keempat setelah memenangkan balapan Sprint di kondisi yang sama pada hari Sabtu, tidak ragu menyuarakan ketidakpuasannya. Meskipun ia dikenal sebagai master di lintasan basah, Verstappen merasa penundaan yang begitu lama adalah berlebihan.
"Kami hampir tidak melakukan lap basah pada akhirnya, yang secara umum, menurut saya, sangat disayangkan," kata Verstappen. "Saya rasa kami bisa memulai jauh lebih awal, itu tidak ideal."
Senada dengan Verstappen, Lewis Hamilton dari Ferrari, yang melakukan comeback impresif dari pit lane untuk finis ketujuh, juga mempertanyakan keputusan tersebut. Meskipun ia mengakui tantangan visibilitas, Hamilton tampaknya merasa ada ruang untuk memulai lebih cepat atau dengan pendekatan yang berbeda.
"Saya rasa mereka tidak perlu melakukan rolling start," katanya. "Jadi saya tidak tahu persis kenapa mereka melakukan itu, karena sudah cukup kering dan tempiasnya tidak terlalu parah."
Baca juga: Piastri Taklukkan Norris di Spa, Leclerc di Posisi Ketiga
Prioritaskan Keselamatan
Namun, pandangan Hamilton dan Verstappen tidak sepenuhnya diamini oleh semua pembalap. Sejumlah rival justru memberikan dukungan penuh kepada Federasi Otomotif Internasional (FIA) dan Race Control atas keputusan yang mengutamakan keselamatan. Mereka menyoroti kondisi visibilitas yang sangat buruk di balik Safety Car pada lap-lap awal, di mana semprotan air dari mobil di depan hampir merusak pandangan.
Ditambah lagi dengan sirkuit Spa, yang merupakan sirkuit terpanjang di kalender Formula 1, merupakan sirkuit keramat yang telah memakan korban.
"Saya pikir beberapa tahun terakhir, khususnya di sini, kami telah memberikan masukan kepada FIA bahwa kami lebih memilih berada di pihak yang aman daripada mengambil risiko apa pun," kata Oscar Piastri, pembalap McLaren yang menjadi pemenang di GP Belgia.
"Saya pikir itulah yang kita lakukan hari ini. Kalau Anda mau pilih-pilih, mungkin kita bisa mengurangi satu putaran formasi. Tapi secara keseluruhan, kalau itu satu putaran terlalu awal, apa itu sepadan? Tidak."
Pembalap Ferrari, Charles Leclerc, yang kehilangan kerabat dekatnya, Jules Bianchi, di GP Jepang saat hujan deras, menyuarakan pendapatnya.
"Di lintasan seperti ini, dengan apa yang terjadi secara historis, saya rasa kita tidak bisa melupakannya. Karena itu, saya lebih suka aman daripada terlalu dini," ujarnya. "Mungkin agak terlambat, tapi saya tidak akan mengubah apa pun."
Hiburan vs. Keamanan
Insiden di Spa ini kembali membuka debat abadi di Formula 1: bagaimana menyeimbangkan tontonan yang mendebarkan di kondisi basah dengan keselamatan pembalap. Dengan insiden fatal di masa lalu dan kecepatan mobil modern yang ekstrem, Race Control dan FIA berada di bawah tekanan besar untuk membuat keputusan yang tepat.
Grand Prix Belgia 2025 akan dikenang tidak hanya karena kemenangan gemilang Oscar Piastri dan dominasi McLaren, tetapi juga karena perdebatan sengit di luar lintasan mengenai batasan aman dalam balapan di tengah hujan.