Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu, menyambut kembalinya timnya ke puncak klasemen Serie A dengan rasa puas dan sedikit sindiran. Setelah Nerazzurri meraih kemenangan tandang sulit 2-1 atas Genoa di Stadio Luigi Ferraris pada Minggu (14/12), Chivu tidak hanya membahas tiga poin krusial tersebut, tetapi juga membalas kritik tajam yang dialamatkan kepada timnya di awal musim 2025/2026.

Kemenangan dramatis ini, yang mengakhiri penantian lima tahun Inter untuk meraih kemenangan di Marassi, berhasil diraih berkat gol dari Yann Bisseck dan kapten Lautaro Martínez. Hasil ini membawa Inter menggeser rival-rival mereka dan duduk di posisi teratas klasemen.

Narasi Negatif Inter di Awal Musim

Berbicara kepada DAZN setelah peluit panjang, Chivu awalnya memilih fokus pada performa di lapangan, memuji karakter timnya menghadapi kebangkitan Genoa di bawah asuhan mantan rekan setimnya di Roma, Daniele De Rossi.

“Saya suka membicarakan pertandingan dan apa yang saya lihat di lapangan. Itu adalah pertandingan yang sulit malam ini, di atmosfer ini, dan melawan tim yang kuat sejak De Rossi datang. Saya akan mengambil tiga poin, itu yang paling penting,” ujar Chivu.

Baca juga: Rebut Puncak Klasemen, Lautaro Pahlawan Inter Tundukkan Genoa 2-1

Namun, Chivu tak bisa menahan diri untuk tidak menanggapi keraguan yang mengelilingi Inter beberapa bulan lalu, terutama setelah hasil yang kurang memuaskan di awal musim.

“Apakah Inter tim terkuat? Lima bulan lalu, orang-orang mengatakan kami bahkan tidak akan finis di urutan kedelapan atau kesepuluh karena tim ini sudah tamat,” tegas Chivu.

“Kami bekerja keras untuk menunjukkan nilai kami. Bagi saya, kita membutuhkan sedikit konsistensi dalam segala hal, tetapi kita menyadari apa yang harus kita lakukan dan bagaimana kita harus melakukannya. Terkadang berhasil, terkadang tidak.”

Penjelasan Taktis di Marassi

Kemenangan Inter sempat terancam setelah Genoa mencetak gol balasan lewat Vitinha di babak kedua. Gol ini memaksa Chivu untuk melakukan serangkaian penyesuaian taktis yang cepat, yang ia jelaskan setelah pertandingan.

Chivu mengungkapkan bahwa perubahan dilakukan berdasarkan kebutuhan energi dan faktor kartu kuning. Ia memutuskan untuk menarik Piotr Zielinski dan menggeser Manuel Akanji ke lini tengah, sambil memasukkan gelandang Nicolò Barella.

Baca juga: Sindir Penalti Wirtz, Chivu: Kami Harus Lawan Ketidakadilan

“Perubahan itu dibuat sesuai dengan energi dan bentuk pemain,” jelas Chivu. “Saya mengeluarkan Zielinski dan memindahkan Akanji ke atas karena kami membutuhkan dua gelandang dengan struktur yang kuat untuk bertahan dari bola-bola panjang Genoa yang bisa menimbulkan ancaman.”

Chivu juga menambahkan bahwa ia semula berencana memasukkan penyerang Bonny, tetapi memilih Marcus Thuram karena alasan kecepatan. Strategi ini, dikombinasikan dengan posisi Lautaro Martínez dan Pio Esposito yang lebih vertikal, dirancang untuk memanfaatkan tekanan tinggi Genoa dan memberi Lautaro lebih banyak ruang untuk bergerak dan mengisi kotak penalti.

Kini, dengan kembali ke puncak Serie A, Inter dan Chivu membuktikan bahwa konsistensi dan mentalitas yang kuat lebih berharga daripada narasi negatif awal musim.

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!