Bagi para penggemar sepak bola di seluruh dunia, penantian empat tahun untuk Piala Dunia FIFA adalah periode antara penderitaan dan antisipasi. Ini adalah pertanyaan yang telah diperdebatkan selama beberapa dekade: di era sepak bola tanpa henti, mengapa turnamen olahraga terbesar ini menganut siklus empat tahunan?

Sementara beberapa pihak telah menganjurkan turnamen dua tahunan, alasan di balik jeda empat tahun adalah perpaduan antara kepraktisan, tradisi, dan kemegahan murni. Ini adalah formula yang seimbang dengan hati-hati yang memastikan prestise turnamen tetap tak tertandingi.

Persiapan Logistik yang Masif

Skala Piala Dunia hampir tak terbayangkan. Menjadi tuan rumah acara ini adalah tugas monumental yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk persiapan bagi negara tuan rumah. Ini bukan hanya tentang membangun beberapa stadion; ini tentang perombakan total infrastruktur suatu negara. 

Mulai dari stadion baru dan fasilitas pelatihan hingga jaringan transportasi yang ditingkatkan, hotel, dan langkah-langkah keamanan, proses perencanaan adalah tugas yang berat. 

Memberi negara tuan rumah setidaknya tujuh tahun untuk bersiap (standar saat ini) sangat penting untuk turnamen yang sukses dan aman. Siklus yang lebih pendek akan membuat hampir mustahil bagi negara mana pun untuk mengajukan tawaran dan menjadi tuan rumah secara efektif.

Baca juga: Brasil Menang Piala Dunia Berapa Kali?

Perjalanan Panjang Babak Kualifikasi

Turnamen itu sendiri mungkin hanya berlangsung sebulan, tetapi jalan untuk sampai ke sana adalah proses yang panjang dan melelahkan selama bertahun-tahun. 

Babak kualifikasi untuk enam konfederasi FIFA—yang mencakup dari Eropa hingga Amerika Selatan dan Asia hingga Afrika—adalah urusan yang rumit dan berlarut-larut yang memakan waktu hampir tiga tahun. 

Siklus Piala Dunia yang lebih pendek akan menciptakan mimpi buruk penjadwalan, bertabrakan dengan kalender yang sudah padat dari liga domestik, kompetisi klub kontinental seperti Liga Champions, dan turnamen internasional lainnya. 

Jarak empat tahun memberikan ruang yang diperlukan untuk memungkinkan pertandingan kualifikasi ini berlangsung tanpa membebani pemain dan klub.

Baca juga: 5 Pemain Terburuk di Piala Dunia

Menjaga Kesejahteraan Pemain

Dalam permainan hari ini, tuntutan pada pemain top lebih intens dari sebelumnya. Mereka menyulap komitmen klub di berbagai kompetisi, sering kali memainkan 50 hingga 60 pertandingan dalam satu musim. 

Jika Piala Dunia diadakan setiap dua tahun, kita pasti akan melihat peningkatan cedera, kelelahan, dan penurunan kualitas pemain. Siklus saat ini memungkinkan para pemain untuk mendapatkan periode istirahat dan pemulihan yang penting. 

Ini juga memastikan bahwa turnamen menampilkan pemain di puncak fisik dan mental mereka, memberikan kita sepak bola berkualitas tinggi yang kita harapkan di panggung terbesar dunia.

Baca juga: 20 Top Skor Piala Dunia

Menjaga Eksklusivitas dan Antusiasme

Pada akhirnya, siklus empat tahunan adalah yang membuat Piala Dunia begitu istimewa. Jika Piala Dunia diadakan terlalu sering, daya tariknya bisa menurun. Dengan jarak empat tahun, turnamen ini menjadi momen langka yang dinantikan oleh pemain, pelatih, dan penggemar di seluruh dunia.

Faktor historis juga berperan. Sejak edisi pertama pada 1930 di Uruguay, FIFA menetapkan periode empat tahunan mengikuti pola Olimpiade. Hal ini memudahkan koordinasi dan memberi waktu yang cukup untuk kualifikasi di seluruh konfederasi.

Ini adalah turnamen yang mendefinisikan karier, mengabadikan legenda, dan mengukir dirinya ke dalam memori kolektif generasi penggemar. Penantian yang panjang membangun tingkat antisipasi dan kegembiraan yang tidak dapat ditandingi oleh acara sepak bola lainnya.

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!