Arnold Kecam Format Kualifikasi AFC usai Irak Gagal Lolos Piala Dunia

Langkah Irak menuju Piala Dunia 2026 harus melewati rute yang lebih terjal setelah hasil imbang tanpa gol melawan tuan rumah Arab Saudi. Hasil tersebut, yang mengamankan tiket langsung The Green Falcons ke putaran final, memicu kemarahan pelatih kepala Irak, Graham Arnold, yang melontarkan kritik tajam terhadap format kualifikasi putaran keempat Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC).
Bagi Singa Mesopotamia, hasil 0-0 itu terasa menyakitkan. Mereka memang berbagi empat poin dengan Arab Saudi di Grup B, tetapi harus puas di posisi runner-up dan terlempar ke babak playoff karena kalah jumlah total gol. Meskipun impian ke Piala Dunia masih hidup, Arnold merasa timnya ditempatkan pada posisi yang sangat tidak menguntungkan, terutama karena jadwal pertandingan yang dinilai tidak seimbang.
Perbedaan Waktu Istirahat
Kecaman utama Arnold berpusat pada perbedaan waktu istirahat yang diberikan kepada negara-negara tuan rumah, Arab Saudi dan Qatar, dibandingkan dengan kontestan lainnya.
Baca juga: Mimpi Piala Dunia Padam, Patrick Kluivert Kecewa usai Indonesia Kalah dari Irak
"Saya sangat bangga dengan para pemain, terutama setelah melihat format kompetisi ini," kata Arnold, yang frustrasi, usai pertandingan di Jeddah. "Bukan suatu kebetulan bahwa tim di setiap grup yang mendapat jeda enam hari lolos."
Dalam fase kualifikasi Asia yang baru ini, dua grup yang masing-masing terdiri dari tiga tim dimainkan dalam satu jendela internasional yang singkat. Arab Saudi (Grup B) dan Qatar (Grup A) ditunjuk sebagai tuan rumah dan diberi enam hari penuh untuk beristirahat antara dua pertandingan krusial mereka. Sebaliknya, Irak dan Indonesia di Grup B, serta Oman dan UEA di Grup A, hanya memiliki waktu istirahat tiga hari.
"Saya belum pernah melihat format seperti ini dalam karier kepelatihan saya," tegas Arnold, yang berpengalaman membawa Australia lolos ke Piala Dunia 2022. "Ketika saya bersama Australia, kami selalu diberi tahu bahwa playoff semacam ini akan diadakan di tempat netral."
Tantangan di Depan Mata
Kegagalan meraih tiket otomatis memaksa Irak untuk bersiap menghadapi playoff dua leg bulan depan melawan Uni Emirat Arab (UAE). Pemenang dari laga itu akan maju ke babak playoff antarbenua pada bulan Maret untuk kesempatan terakhir mendapatkan tempat di Piala Dunia, sebuah rute yang berat dan Arnold anggap sebagai tantangan yang tidak semestinya.
Baca juga: Indonesia Kalah 0-1 Lawan Irak, Mimpi Piala Dunia Kandas
Meskipun menyayangkan format yang diterapkan AFC, Arnold bertekad menjaga moral timnya tetap tinggi.
"Para pemain telah memberikan segalanya. Kami mengumpulkan empat poin, kami tidak kebobolan satu gol pun di turnamen ini, dan kami masih berjuang," serunya.
"Semua media dan penggemar Irak harus tetap positif karena kami lolos ke fase berikutnya dengan pertandingan di bulan November, jadi kualifikasi Piala Dunia terus berlanjut. Kami harus tetap positif."
Perdebatan mengenai keadilan format AFC—terutama keuntungan logistik yang besar bagi negara-negara tuan rumah—kini menjadi sorotan utama. Ini adalah isu yang pasti akan mendominasi diskusi sepak bola Asia seiring dengan berakhirnya putaran kualifikasi yang dramatis sekaligus kontroversial ini.