Dengan keunggulan masif di puncak klasemen MotoGP 2025, Marc Marquez telah menepis anggapan bahwa ia akan "bermain-main" dengan para rivalnya atau menentukan kapan dan di mana ia akan mengunci gelar juara. 

Sebaliknya, pembalap Ducati ini menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk "mengalahkan mental" para pesaingnya, sebuah strategi yang telah terbukti sangat efektif sepanjang musim yang dominan ini.

Dominasi Marquez musim ini sungguh luar biasa, bahkan melampaui tahun-tahun terbaiknya bersama Honda. Ia telah memenangkan delapan dari 12 balapan Grand Prix dan 11 dari balapan Sprint. 

Dengan keunggulan 120 poin setelah 12 putaran dan 10 balapan tersisa, Marquez berada di jalur yang tepat untuk mengamankan gelar juara dunia MotoGP 2025 jauh sebelum akhir musim.

Strategi Mental di Lintasan

Ketika ditanya langsung mengenai dominasinya, Marquez mengatakan, "Sebagai seorang pembalap, itulah yang Anda tuju – agar lawan Anda datang ke balapan dengan mental yang sudah kalah," ujarnya.

“Tapi itu sangat sulit dicapai. Sebagai seorang atlet, yang sebenarnya Anda cari adalah terus mendapatkan... Saya tidak akan menyebutnya rasa takut, tetapi rasa hormat. Dan itu tidak diperoleh dengan mikrofon – melainkan diperoleh selama latihan dan balapan, dengan selalu berada di depan.”

Pernyataan ini menggarisbawahi pendekatan Marquez yang tanpa kompromi. Ia tidak tertarik pada permainan pikiran di luar lintasan atau perhitungan poin yang rumit. Fokusnya murni pada performa di trek, dengan tujuan untuk menghancurkan semangat kompetitif lawan-lawannya melalui kecepatan dan konsistensi yang tak tertandingi.

"Saya tidak akan mengatakan di mana atau kapan saya ingin meraih gelar. Sejujurnya, saya mendekati 10 balapan terakhir musim ini setelah jeda musim panas dengan pola pikir bahwa saya satu-satunya yang bisa kalah dalam kejuaraan ini,” tamahnya.

"Jadi, jika kami harus mengatur segala sesuatunya, kami akan melakukannya. Tapi, jika kami bisa menang, kami akan melakukannya.”

Baca juga: Bagnaia Ungkap Masalah Rem Jadi Biang Kerok di MotoGP Ceko

Cetak Rekor di Brno

Persaingan di dalam tim Ducati juga menarik, terutama dengan adiknya, Alex Marquez, yang juga menunjukkan performa kuat musim ini dan berada di posisi kedua klasemen sementara. 

Meskipun Marquez telah memenangkan lima Grand Prix berturut-turut – yang pertama bagi pembalap Ducati – dan berpeluang memecahkan rekor 13 kemenangan dalam satu musim yang ia raih pada 2014, ia menegaskan bahwa rekor-rekor ini "bukan yang terpenting." Ia percaya bahwa lima kemenangan beruntun saat ini lebih berarti karena telah mencakup balapan Sprint.

"Bagi saya, prioritas utama dan satu-satunya prioritas adalah memenangkan kejuaraan," ujar Marquez, yang terakhir kali menjadi juara dunia pada 2019 lalu.

"Dan sekarang, saya selalu berusaha untuk jujur, saya hanya bisa kalah. Saya memiliki 10 balapan di mana saya harus mempertahankan mentalitas yang sama, di mana tim harus mempertahankan sprint yang sama dan berusaha melakukan yang terbaik."

"Tapi rekornya, aku tak peduli. Aku hanya ingin jadi juara dunia lagi."

Dengan mentalitas baja dan performa yang tak terbantahkan, Marc Marquez tidak hanya memimpin perburuan gelar MotoGP 2025 di atas kertas, tetapi juga secara psikologis. Ia bertujuan untuk meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di benak para pesaingnya, memastikan bahwa ketika mereka berbaris di grid, mereka sudah tahu siapa yang harus dikalahkan.

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!