Pembalap Formula 1 dari tim Williams, Carlos Sainz, mengungkapkan kebingungannya. Ia mengaku tidak paham mengapa Red Bull menolak memberinya kesempatan untuk kembali ke tim dan membuktikan diri melawan Max Verstappen, setelah ia dipastikan akan meninggalkan Ferrari pada akhir musim 2025.

Pernyataan Sainz ini menyoroti misteri di balik keputusan Red Bull, mengingat rekam jejaknya yang solid di Formula 1.

Masa Depan Sainz Setelah Ferrari

Carlos Sainz adalah salah satu pembalap yang paling banyak dibicarakan di bursa transfer Formula 1 lalu. 

Setelah Ferrari memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya di luar musim 2025, Sainz berstatus bebas transfer yang sangat diminati. 

Banyak yang berspekulasi tentang tujuan berikutnya, dan Red Bull, dengan sejarahnya bersama Sainz, sempat menjadi salah satu opsi yang diperbincangkan.

Sainz sendiri pernah menjadi bagian dari keluarga Red Bull di awal kariernya, balapan untuk tim junior Toro Rosso (sekarang RB) bersama Max Verstappen.

Baca juga: Button Sebut Verstappen sebagai Pembalap F1 Paling Komplet

Bingung Ditolak Red Bull

Meskipun memiliki sejarah dengan Red Bull dan menunjukkan performa yang konsisten di Ferrari, Sainz mengungkapkan bahwa ia tidak mendapatkan kesempatan untuk kembali ke tim utama Red Bull dan menjadi rekan setim Max Verstappen. Penolakan ini membuatnya bertanya-tanya.

"Satu-satunya hal yang bisa saya katakan adalah saya benar-benar akrab dengan Max," ujar Sainz dalam podcast High Performance.

"Inilah yang tidak dilihat orang dari luar. Misalnya, kami punya rivalitas di tahun pertama Formula 1 bersama Toro Rosso, tapi itu rivalitas yang relatif sehat antara saya dan dia, seperti cara kami dulu balapan. Dan sekarang hubungan kami sangat baik.”

"Jadi, kalau itu alasannya, saya tidak mengerti kenapa mereka tidak mau saya di samping Max, karena saya pikir kami sebenarnya akan menjadi pasangan yang sangat kuat di Formula 1."

Dilema Pembalap Kedua Red Bull

Setelah meninggalkan Ferrari, Sainz kemudian pindah ke Williams, berpasangan dengan Alex Albon. Sementara Red Bull mendatangkan Liam Lawson yang naik kelas ke tim Red Bull. 

Namun Lawson kemudian turun kasta ke tim RB setelah dua balapan. Yuki Tsunoda kemudian menggantikannya di kursi kosong, namun performa pembalap kedua Red Bull masih tak sesuai harapan.

"Saya rasa semua orang mengalami masa-masa sulit menjadi rekan setim Max," ujar Sainz. "Saya hanya bisa bilang, saat menjadi rekan setim Max, saya tidak mengalami masa-masa sulit seperti ini."

"Saya jelas sangat terkejut dengan kecepatannya, betapa gilanya dia sebagai pembalap. Maksud saya, dia akan menjadi salah satu yang terbaik sepanjang sejarah, meskipun dia belum menjadi salah satunya. Tapi tahun pertama bersama sejak saat itu, telah memberi saya keyakinan bahwa saya bisa melawan siapa pun."

"Saya pernah menjadi rekan satu tim dengan Charles [Leclerc], Lando [Norris], dan Nico Hulkenberg, mereka sangat cepat, dan mungkin yang terbaik di olahraga ini," tambah Sainz.

"Sekarang Alex [Albon] juga sangat cepat, dan itu membuat saya ingin terus bersaing dengan yang terbaik. Saya tahu saya bisa mengatasinya, dan saya tahu saya pernah sukses sebelumnya."

Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!