Kane Siap Kubur Dosa di Qatar dan Pimpin Inggris Raih Kejayaan Piala Dunia

Bagi Harry Kane, kenangan pahit tentang penalti yang melambung tinggi di atas mistar gawang saat perempat final di Qatar bukanlah hantu yang harus dihindari, melainkan bahan bakar yang harus dikonsumsi.
Kapten Inggris itu secara terbuka menyatakan bahwa kegagalan menyakitkan saat melawan Prancis di Piala Dunia 2022 adalah titik terendah dalam kariernya yang penuh gemilang. Namun, yang terpenting, insiden itu telah secara mendalam mengubahnya sebagai pemain dan memberinya motivasi ekstra yang dibutuhkan untuk memimpin Three Lions menuju kejayaan di turnamen musim panas mendatang.
Beban Terberat di Pundak
Momen itu—di menit ke-84 perempat final saat Inggris tertinggal 2-1—tetap terukir dalam benak satu negara.
Setelah sukses mengeksekusi satu penalti di awal pertandingan untuk menyamakan kedudukan, Kane kembali maju untuk kali kedua, memikul beban negara di pundaknya, namun hanya mampu mengirim tembakannya melambung ke langit.
Baca juga: Tuchel Sebut Kane Striker Terbaik Setelah Inggris Lolos ke Piala Dunia 2026
"Saya akan katakan itu mungkin adalah momen terburuk yang pernah saya rasakan," aku pemain berusia 32 tahun itu.
"Jelas saya pernah kalah di final sebelumnya. Menanggung tanggung jawab itu, rasanya seperti jatuh ke pundak saya, dan saya rasa, tidak mampu melaksanakan sesuatu yang sudah berkali-kali saya lakukan dalam karier saya... Saya rasa itu adalah bagian tersulit yang harus saya proses dan hadapi."
Kane menyatakan bahwa kekecewaan karena gagal memenuhi harapan dalam situasi tekanan tertinggi itu lebih buruk daripada kehilangan trofi klub mana pun.
Dari Patah Hati Menjadi Evolusi Teknis
Hal yang benar-benar mendefinisikan atlet tingkat atas bukanlah kesalahan itu sendiri, melainkan tanggapan terhadapnya. Bagi Kane, tersingkir di perempat final menjadi katalisator perubahan.
Sang striker mengungkapkan bahwa ia menggunakan pengalaman menyakitkan itu untuk memperkenalkan variasi yang lebih besar pada teknik pengambilan penaltinya.
Baca juga: Inggris Amankan Tiket Piala Dunia 2026 usai Bantai Latvia 5-0
Sejak malam di Al Khor itu, ia mengadopsi awalan lari yang lebih disengaja dan stuttering yang dirancang untuk menunggu pergerakan kiper sebelum melepaskan tembakan.
Hasil dari kerja keras dan analisis mendalam itu sungguh spektakuler. Kane mencatat rekor sensasional dengan 31 konversi penalti sukses berturut-turut untuk klub dan negara, sebelum akhirnya gagal di Piala Jerman awal musim ini. Rangkaian keberhasilan itu berdiri sebagai monumen ketahanan mental dan pencarian tanpa henti Kane untuk perbaikan.
"Saya selalu berusaha belajar dari momen-momen itu," ujar Kane. "Saya sedikit mengubah teknik saya. Saya meningkat dalam hal itu, yang membuat saya bangga. Momen-momen itu hanya membentuk Anda sebagai pribadi, sebagai pemain, dan itu pasti membantu saya menjadi pemain yang lebih baik."
Buat kamu yang gak mau ketinggalan berita-berita menarik serta trivia unik seputar olahraga dari mulai sepak bola, basket, hingga MotoGP, yuk gabung channel Whatsapp official Yuk Sports DI SINI!